Infeksi Sapovirus, Apakah Berbahaya? ,,- idntimes

 

Infeksi Sapovirus, Apakah Berbahaya?

Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Aktris Christina Applegate (52), baru-baru ini mengungkapkan dirinya terkena infeksi sapovirus—penyebab umum gastroenteritis virus yang sebagian besar menyerang anak-anak usia di bawah 5 tahun—yang kemungkinan besar disebabkan oleh salad yang terkontaminasi.

Dalam sebuah podcast, aktris asal Amerika Serikat yang juga hidup dengan multiple sclerosis ini berbicara tentang pengalamannya dengan penyakit bawaan makanan yang membuatnya sakit selama berminggu-minggu.

Infeksi sapovirus yang dia alami ini terjadi setelah dia mengalami long COVID, yang membuatnya mengalami infeksi paru-paru dan detak jantung yang berdebar kencang. Dia diberi resep amoksisilin untuk mengatasi infeksi tersebut, yang diketahui dapat menyebabkan efek samping seperti diare.

Diare yang dialaminya cukup parah, bahkan sampai membuatnya harus memakai popok.

Sapovirus adalah kerabat dekat norovirus, yang menyebabkan sekitar 20 juta kasus gastroenteritis atau flu perut setiap tahunnya.

Gejala yang ditimbulkan oleh sapovirus dan norovirus tidak bisa dibedakan, sehingga perlu pemeriksaan laboratorium untuk mengetahuinya.

Apa itu sapovirus?

Nama sapovirus diambil dari wabah diare menular akut yang terjadi di rumah bayi di Sapporo, Jepang, pada tahun 1977. Sebelumnya, virus ini juga disebut “Sapporo-like viruses.”

Wabah gastroenteritis yang disebabkan oleh sapovirus lebih jarang terjadi dibandingkan yang disebabkan oleh norovirus, baik secara global maupun lokal.

Mirip dengan norovirus, sapovirus terutama ditularkan melalui jalur fekal-oral dan kontak orang ke orang (misalnya kontak dengan tinja, muntahan, atau bahan/permukaan yang terkontaminasi), atau melalui makanan dan air minum yang terkontaminasi.

Baca Juga: Gastroenteritis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Gejala

Infeksi Sapovirus, Apakah Berbahaya?ilustrasi diare (freepik.com/gpointstudio)

Seperti infeksi norovirus, gejala utama infeksi sapovirus meliputi:

  • Muntah.
  • Diare.
  • Demam.

Masa inkubasi sapovirus 12 hingga 48 jam, dan penyakit umumnya berlangsung antara 1 hingga 2 hari dan, dalam kasus yang lebih lama, berlanjut hingga sekitar satu minggu.

Infeksi sapovirus cenderung tidak separah infeksi norovirus secara keseluruhan dan dapat terjadi tanpa gejala atau bentuk yang sangat ringan pada orang dewasa.

Orang yang sehat biasanya akan pulih dalam beberapa hari setelah terinfeksi virus. Namun, komplikasi parah dapat terjadi pada orang yang menderita penyakit kronis.

Diagnosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan.

Real-time reverse transcription–polymerase chain reaction (RT-PCR) telah menjadi metode yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi sapovirus.

Pengobatan

Infeksi Sapovirus, Apakah Berbahaya?ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Novaya Siantita)

Tidak ada agen terapi atau vaksin khusus untuk diare akibat sapovirus. Saat ini, Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan pengobatan diare dengan larutan rehidrasi oral, nutrisi biasa atau pemberian ASI terus-menerus, dan suplementasi zink.

Agen antimotilitas (obat yang bekerja dengan memperlambat pergerakan usus, yang memungkinkan lebih banyak penyerapan air dari tinja dan menghasilkan tinja yang lebih keras sehingga pergerakan usus menjadi lebih jarang) seperti loperamide harus dihindari pada anak <18 tahun.

Namun, meskipun tidak disetujui U.S. Food and Drug Administration (FDA), Infectious Diseases Society of America memasukkan obat antimual, ondansetron, sebagai pilihan bagi individu berusia >4 tahun yang menderita diare untuk mendukung rehidrasi oral.

Hidrasi intravena yang cepat harus diberikan kepada individu dengan dehidrasi parah akibat diare.

Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah gastroenteritis adalah dengan mengikuti tindakan pencegahan berikut:

  • Imunisasi anak. Vaksin terhadap gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus tersedia. Vaksin yang diberikan kepada anak-anak pada tahun pertama kehidupannya tampaknya efektif mencegah gejala parah penyakit ini.
  • Cuci tangan secara menyeluruh dan jadikan ini kebiasaan pada anak. Jika anak sudah besar, ajarkan mereka untuk mencuci tangan, terutama setelah menggunakan toilet. Cuci tangan setelah mengganti popok dan sebelum menyiapkan atau makan makanan. Sebaiknya gunakan air hangat dan sabun, lalu gosok tangan dengan baik setidaknya selama 20 detik. Gunakan hand sanitizer saat sabun dan air tidak tersedia.
  • Gunakan barang-barang pribadi terpisah di sekitar rumah. Hindari berbagi peralatan makan, gelas minum, dan piring. Gunakan handuk terpisah.
  • Siapkan makanan dengan aman. Cuci semua buah dan sayuran sebelum memakannya. Bersihkan permukaan dapur sebelum menyiapkan makanan di atasnya. Hindari menyiapkan makanan jika kamu sakit.
  • Hindari kontak dekat dengan siapa pun yang mengidap virus.
  • Disinfeksi permukaan. Jika seseorang di rumah menderita gastroenteritis virus, disinfeksi permukaan keras, seperti meja, keran, dan gagang pintu, dengan campuran 5–25 sendok makan (73 hingga 369 mililiter) pemutih rumah tangga dan 1 galon (3,8 liter) air.
  • Hindari menyentuh cucian yang mungkin terkena virus. Jika seseorang di rumah sakit gastroenteritis virus, kenakan sarung tangan saat menyentuh cucian. Cuci pakaian dan seprai dengan air panas dan keringkan pada suhu terpanas. Cuci tangan dengan baik setelah menyentuh cucian.

Saat bepergian ke daerah atau negara lain, kamu bisa jatuh sakit karena makanan atau air yang terkontaminasi. Kamu mungkin bisa mengurangi risiko dengan cara ini:

  • Minumlah hanya air kemasan atau air berkarbonasi yang tertutup rapat.
  • Hindari es batu karena mungkin terbuat dari air yang terkontaminasi.
  • Gunakan air kemasan untuk menyikat gigi.
  • Hindari makanan mentah, termasuk buah-buahan yang sudah dikupas, sayuran mentah dan salad, yang telah disentuh oleh tangan manusia.
  • Hindari daging dan ikan yang kurang matang.

Baca Juga: Perbedaan dan Persamaan antara Gastroenteritis dan Keracunan Makanan

Referensi

Rouhani, S., Yori, P. P., Olórtegui, M. P., et al. (2022). The Epidemiology of Sapovirus in the etiology, Risk factors, and Interactions of Enteric Infection and Malnutrition and the Consequences for Child Health and Development Study: Evidence of Protection Following Natural Infection. Clinical Infectious Diseases/Clinical Infectious Diseases (Online. University of Chicago. Press), 75(8), 1334–1341. https://doi.org/10.1093/cid/ciac165
Centre for Food Safety. Diakses pada Mei 2024. Sapovirus – Virus causing illness similar to Norovirus.
Bureau of Public Health, Tokyo Metropolitan Government. Diakses pada Mei 2024. Sapovirus.
Health. Diakses pada Mei 2024. What Is Sapovirus? Christina Applegate Details Stomach Illness After Eating Contaminated Salad.
Becker‐Dreps, S., González, F., & Bucardo, F. (2020). Sapovirus: an emerging cause of childhood diarrhea. Current Opinion in Infectious Diseases/Current Opinion in Infectious Diseases, With Evaluated MEDLINE, 33(5), 388-397. https://doi.org/10.1097/qco.0000000000000671
Mayo Clinic. Diakses pada Mei 2024. Viral gastroenteritis (stomach flu).

Komentar

Baca Juga

Terbaru

Opsi Media Informasi Group

Arenanews

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsiin

Opsitek