Kisah Inspiratif Atlet Paralimpiade, Medali untuk Pengungsi dan Remaja - Borneo news

 

Kisah Inspiratif Atlet Paralimpiade, Medali untuk Pengungsi dan Remaja

Borneonews - Jakarta, Hari pertama penyelenggaraan Paralimpiade 2024 di Paris menciptakan momen yang penuh arti bagi sejumlah atlet yang berasal dari beragam latar belakang. Salah satu di antara mereka adalah peserta dari Tim Paralimpiade Pengungsi, serta seorang anak berusia 14 tahun dari Inggris yang berhasil meraih medali perunggu.

Atlet para taekwondo bernama Zakia Khudadadi, yang menetap dan berlatih di Prancis, berhasil membuat sejarah sebagai atlet pertama dari Tim Paralimpiade Pengungsi yang berhasil memenangkan medali di kompetisi olahraga bagi penyandang disabilitas ini. Khudadadi meraih medali perunggu di kategori K44 -47 kg putri, suatu pencapaian yang sangat mengesankan. Setelah meraih medali ini, ia menyatakan kebahagiannya dengan penuh semangat.

"Saya sangat, sangat bahagia hari ini," ungkap Khudadadi yang disampaikan melalui laman resmi Paralimpiade Paris. Ia menyebutkan bahwa medali tersebut merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan baginya. "Hari ini, saya hidup dalam mimpi," tuturnya.

Keberhasilan Khudadadi tidak hanya terbatas pada prestasinya pribadi. Dia juga membuka jalan bagi atlet pengungsi lain yang berjuang mengatasi berbagai batasan dan tantangan hidup. Tim Paralimpiade Pengungsi, yang terdiri dari atlet-atlet independen yang merupakan pengungsi, tampil dengan cara yang unik. Mereka bertanding menggunakan bendera Paralimpiade dan menyanyikan lagu kebangsaan Paralimpiade, serta menjadi barisan pertama dalam upacara pembukaan. Tim ini mewakili suara dari lebih dari 120 juta orang yang terpaksa mengungsi karena konflik dan peperangan di seluruh dunia.

Dalam kesempatan lain di ajang tersebut, Leonor Angelica Espinoza Carranza dari Peru berhasil mempertahankan gelarnya sebagai juara Paralimpiade dalam kategori yang sama. Ia mengalahkan atlet asal Uzbekistan, Ziyodakhon Isakova, dengan skor akhir 10-4. Sebelumnya, Espinoza Carranza telah meraih medali emas di Paralimpiade Tokyo dan merasa sangat bahagia serta terharu setelah meraih kemenangan ini.

"Pertama-tama, saya merasa bahagia," ungkap Espinoza Carranza. "Saya merasa seperti, 'ya, saya melakukannya lagi'. Kemudian, saya merasa sangat tenang karena saya tahu dan menyadari bahwa saya telah melakukannya." Emosinya tentu sangat dalam, mengingat betapa besar perjuangannya untuk sampai ke titik ini.

Di cabang olahraga tenis meja, Bly Twomey, seorang remaja berusia 14 tahun dari Inggris, juga membuat prestasi yang membanggakan dengan meraih medali perunggu. Bersama rekannya, Felicity Pickard, Twomey berpartisipasi dalam nomor ganda putri WD14. Meskipun kedua atlet ini harus takluk di babak semifinal oleh pasangan asal China, Huang Wenjuan dan Jin Yucheng, prestasi yang mereka capai tetap merupakan momen yang luar biasa, terutama bagi Twomey yang mengukir debutnya di Paralimpiade.

"Rasanya luar biasa, ini Paralimpiade pertama saya, dan saya bisa meraih medali," katanya dengan penuh semangat. Ia tidak menyangka bisa sampai sejauh ini. "Ketika pertama kali mulai bermain tenis meja, saya tidak pernah berpikir saya akan berada di Paralimpiade Paris," tambahnya.

Felicity Pickard, yang juga mengalami debut Paralimpiade di Paris 2024, memaparkan tentang perjuangan mental yang harus dia hadapi untuk mencapai tahap ini. "Ini luar biasa. Kami telah menjalani perjalanan yang panjang," ujarnya. "Saya telah berjuang melawan diri saya sendiri. Saya tahu saya memiliki mental yang paling kuat di luar sana. Lawan terbesar saya adalah diri saya sendiri." Ia juga memberikan penghargaan kepada Bly dan tim staf yang telah mendukungnya selama ini.

Kedua pencapaian ini bukan hanya menandai kebanggaan bagi individu, tetapi juga menjadi simbol harapan dan inspirasi bagi banyak orang yang memiliki nasib serupa.

ANTARA

Baca Juga

Komentar

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Opsitek