Punya Gejala Mirip, Apa Beda Mpox dan Cacar Air? Halaman all - Kompas

 

Punya Gejala Mirip, Apa Beda Mpox dan Cacar Air? Halaman all - Kompas

KOMPAS.com - Status darurat Kesehatan global yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap mpox yang saat ini merebak di Afrika cukup membuat was-was.

Apalagi kasus pertama di luar Afrika telah ditemukan di Swedia. Ini menimbulkan kekhawatiran penyakit ini bisa sampai kapan saja di Indonesia.

Baca juga: WHO Tetapkan Wabah Mpox sebagai Keadaan Darurat Global

Kekhawatiran lain soal mpox adalah gejalanya yang sekilas mirip dengan cacar air. Ini membuat banyak orang kesulitan membedakan antara mpox dan cacar air.

Gejala yang mirip antara mpox dan cacar air

Mpox dan cacar air sama-sama disebabkan oleh virus. Namun, perlu diingat bahwa virus penyebab kedua penyakit ini berbeda.

Meski begitu, gejala keduanya mirip. Beberapa gejala yang sama seperti demam, sakit kepala, kelelahan, ruam di kulit, dan lentingan berisi cairan di kulit.

Namun di luar gejala yang sama ini, ada banyak perbedaan antara keduanya.

Disebabkan virus berbeda

Meski memiliki beberapa gejala yang sama, tapi kedua penyakit ini disebabkan oleh dua virus berbeda.

Mpox disebabkan oleh keluarga virus orthopox, yang juga penyebab cacar atau smallpox.

Dikutip dari ational Academies, cacar air yang dalam Bahasa Inggris disebut dengan chickenpox disebabkan oleh virus varicella-zoster yang termasuk dalam keluarga virus herpes.

Baca juga: Jadi Darurat Kesehatan Global, Kenapa Mpox Clade 1b Lebih Berbahaya?

Kata "pox" pada nama kedua penyakit ini merujuk pada gejala ruam kulit yang terlihat mirip.

Cara penularannya berbeda

Dikutip dari laman Kemenkes, mpox meski menular tapi penularannya tidak semudah cacar air.

"Mpox ini meskipun disebut penyakit menular tapi risiko penularannya tidak mudah. Berbeda dengan cacar air yang penularannya sangat cepat, Mpox ini relatif lambat. Ini juga tergantung dari daya tahan tubuh setiap orang," ungkap Prasetyadi dikutip dari laman Kemenkes, Jumat (27/10/2023).

Virus varicella-zoster penyebab cacar air dapat menyebar melalui udara, baik melalui kontak langsung dengan cairan lepuh cacar atau partikel aerosol yang terhirup.

Sebaliknya, virus mpox tidak menyebar melalui udara. Virus ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau ruam orang terinfeksi.

Dalam kasus wabah mpox di Afrika saat ini, penularannya lebih banyak karena kontak seksual.

"Peningkatan kasus mpox saat ini di beberapa wilayah Afrika, terjadi bersamaan dengan penyebaran jenis virus cacar monyet yang ditularkan melalui hubungan seksual," kata Ketua Komite, Profesor Dimie Ogoina dikutip dari laman resmi WHO, Rabu (14/8/2024).

Baca juga: Jadi Darurat Kesehatan Global, Kemeskes Pastikan Tidak Ada Kasus Mpox Baru di Indonesia

Lokasi ruam berbeda

Meski sama-sama memiliki gejala ruam dan lentingan berisi cairan, tapi lokasi ruam pada mpox dan cacar air berbeda.

Lokasi ruam pada mpox biasanya ada pada wajah, telapak tangan dan kaki, sekitar alat kelamin, anus, bahkan mata.

Sedangkan pada cacar air, ruam biasanya menyebar ke seluruh tubuh termasuk kulit kepala, badan, dan lengan.

Mpox ditandai pembengkakan kelenjar getah bening dan lama sembuh

Salah satu ciri khas mpox adalah pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala ini tidak terjadi pada cacar air.

Selain itu, mpox umumnya memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh jika dibandingkan engan cacar air.

Ruam mpox baru muncul antara 3-17 hari setelah terpapar dan gejalanya bertahan hingga 3 minggu.

Baca juga: Vaksin Mpox Masih Terbatas, Efektifkah Vaksin Cacar Air Mencegah Mpox?

Sedangkan ruam cacar air biasanya akan menghilang di hari ke-10 sampai 21. Gejala lain bahkan sudah menghilang pada hari keempat hingga ketujuh.

Orang yang terjangkit

Cacar air biasanya menjangkiti anak-anak berusia di bawah 10 tahun. Hanya sedikit orang dewasa yang mengalami cacar air.

Sebaliknya, mpox bisa terjadi pada siapa saja. Namun, data wabah mpox di Afrika yang terbaru menunjukkan penyakit ini kebanyakan dialami oleh laki-laki dewasa.

Tes PCR

Namun, untuk memastikan kondisi seseorang, diperlukan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) agar hasilnya lebih akurat.

Pasalnya, pada studi yang terbit dalam jurnal Travel Medicine dan Infectious Diseases tahun 2024 yang meneliti anak-anak di Bawah 16 tahun yang diduga terinfeksi mpox karena memiliki ruam yang tidak biasa. 

Hasilnya, setelah dilakukan tes PCR semua anak-anak tersebut justru negative mpox dan positif mengalami cacar air.

Baca juga: Apa yang Diketahui soal Wabah Mpox yang Sedang Menyerang Afrika?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca Juga

Komentar

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Opsitek