10 Tips Siaga Menghadapi Bencana Gempa Megathrust - Cek Fakta Liputan6

 

10 Tips Siaga Menghadapi Bencana Gempa Megathrust - Cek Fakta Liputan6

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus mewaspadai ancaman gempa megathrush di Indonesia. Mitigasi dan edukasi kepada masyarakat perlu ditingkatkan untuk menghadapi bencana tersebut.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati meminta, pemerintah daerah agar menyiapkan tata ruang yang aman dan mampu menampung masyarakat sebagai upaya mitigasi bila gempa megathrust terjadi di Indonesia.

"Bagaimana menyiapkan masyarakat dan pemerintah daerah sebelum terjadi gempa dengan kekuatan tinggi yang mengakibatkan tsunami. Pemerintah daerah itu sudah diajak bersama-sama menyiapkan infrastrukturnya, menyiapkan sistemnya, adakah jalur evakuasi nya, adakah tempat shelter evakuasi," kata Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 20 Agustus 2024 lalu.

Kemudian zona-zona rawan seperti daerah dekat laut dan pantai agar dikosongkan dan tidak didirikan banyak bangunan.

"Pemda-pemda diharapkan juga menyiapkan tata ruang di sana. Di pantai itu dibatasi, jangan dibangun bangunan-bangunan. Kalau sampai dibangun hotel, hotelnya harus siap menghadapi (Megathrust), diwajibkan bangunannya mampu tahan 8,5 magnitudo," katanya.

Lalu bagaimana langkah-langkah untuk menghadapi bencana gempa megathrust?

Dilansir dari Antara, Forum Pengurangan Risiko Bencana DKI Jakarta menyampaikan 10 tips untuk masyarakat Jakarta terkait kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi megathrust.

"Dengan memahami potensi risiko dan mempersiapkan diri dengan baik, kita dapat mengurangi risiko dari gempa bumi dan meningkatkan keselamatan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya," kata Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DKI Jakarta, Achmad Lukman.

Ia mengungkapkan, beberapa tips atau sikap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa megathrust. Pertama, masyarakat diharapkan tidak panik dan tetap tenang terhadap informasi yang sifatnya prediksi, termasuk kemungkinan adanya potensi gempa megathrust yang beredar di berbagai media.

"Masyarakat juga diminta tetap menjalankan aktivitas dan kegiatan sehari-hari dengan baik, namun disertai waspada dan siaga," ucap dia.

Kedua, masyarakat diingatkan untuk dapat memahami risiko gempa di Jakarta, meskipun Jakarta diprediksi tidak berada di zona sebagai pusat atau episentrum gempa megathrust yang paling aktif.

"Namun tetap merupakan wilayah berdampak yang juga memiliki risiko gempa dari aktivitas tektonik di sekitar wilayah Banten dan Jawa Barat dan sekitarnya," ujar Lukman.

Ketiga, pastikan bangunan tempat tinggal atau tempat kerja memiliki standar konstruksi yang memadai dan sesuai dengan peraturan bangunan tahan gempa. Masyarakat perlu mengetahui apakah bangunan tersebut ada perbaikan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa.

Keempat, rencanakan dan latihan evakuasi lingkungan. Masyarakat perlu menentukan rute evakuasi di lingkungan masing-masing, mulai dari rumah atau tempat kerja ke lokasi aman yang disepakati bersama.

"Pastikan rute tersebut tidak terhalang oleh bangunan tinggi atau objek lain, termasuk penyempitan akses yang dapat menimbulkan bahaya saat gempa menjadi berlipat ganda. Lalu, lakukan latihan evakuasi secara berkala bersama keluarga atau rekan kerja di lingkungan masing-masing," tutur Lukman.

Kelima, mempersiapkan tas siaga yang berisi air, makanan, obat-obatan, lampu senter, baterai cadangan, radio, dokumen penting dan berbagai perlengkapan dasar lainnya.

"Simpan tas siaga ini di tempat dengan prinsip 3M, yakni mudah diakses, mudah diketahui semua anggota keluarga letaknya dan mudah dijangkau pada saat melakukan evakuasi diri dan keluarga," kata Lukman.

Keenam, mengamankan barang-barang berbahaya seperti kaca, elektronik, perabotan berat dan barang yang dapat jatuh dan menimbulkan bahaya saat gempa. Pasang pelindung atau pengaman untuk perabotan besar dan rak.

Ketujuh, masyarakat harus memperhatikan dan menerima informasi dan peringatan gempa dari sistem peringatan dini atau aplikasi terkait. Terus mengikuti dan memantau informasi dan instruksi dari pihak berwenang melalui radio, televisi atau media sosial.

Kedelapan, mengikuti pelatihan atau seminar tentang kesiapsiagaan gempa yang sering diadakan oleh pemerintah atau lembaga penanggulangan bencana terkait. Lalu, edukasikan keluarga dan tetangga tentang langkah-langkah yang harus diambil saat gempa terjadi.

Kesembilan, saat menghadapi gempa hindari kepanikan dan berusaha tetap tenang, berlindung di bawah meja untuk menghindari benda-benda yang mungkin jatuh dan reruntuhan di dalam gedung.

"Segera keluar dari bangunan dengan tetap lindungi bagian kepala, jangan gunakan lift dan eskalator atau sejenisnya, menghindari berdiri di dekat tiang, pohon dan sumber listrik serta gedung yang mungkin roboh dan segera menuju area terbuka aman dan dataran tinggi," tutur Lukman.

Kesepuluh, pasca gempa, periksa kondisi sekitar dan pastikan tidak ada kerusakan struktural yang dapat membahayakan. Jika ada kerusakan atau bencana tambahan ikuti instruksi dari pihak berwenang dan hindari masuk ke area yang tidak aman.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Liputan Informasi 9

Opsitek