Remaja Lebih Berisiko Mengalami Kecanduan Judi Online, Psikiater Ungkap Alasannya - TribunNews
Menurut dr Kristiana, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan otak remaja yang belum sempurna seutuhnya.
dok. Kompas/Agustinus Yoga Primantoro
Ilustrasi judi online. Psikiater Konsultan Adiksi dan Kepala Divisi Psikiatri RS Ciptomangunkusumo Jakarta DR Dr Kristiana Siste Kurniasanti mengungkapkan remaja dan dewasa muda lebih berisiko alami kecanduan judi online.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Psikiater Konsultan Adiksi dan Kepala Divisi Psikiatri RS Ciptomangunkusumo Jakarta DR Dr Kristiana Siste Kurniasanti mengungkapkan remaja dan dewasa muda lebih berisiko alami kecanduan judi online.
Menurut dr Kristiana, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan otak remaja yang belum sempurna seutuhnya.
Baca juga: Psikiater Bicara Soal Kecanduan Narkoba atau Judi Online, Mana yang Lebih Berbahaya?
Bagian otak yang belum sempurna pada remaja adalah Korteks prefrontal (PFC).
"Ada area bagian otak depan yang matur (matang) di belakangan hari. Jadi kalau perempuan (baru matang) di usia 20 tahun, laki-laki 21 tahun. Otak bagian korteks prefrontal (PFC)," ungkapnya Kristiana dalam media briefing bertajuk 'Masalah Adiksi Perilaku Judi Online' secara daring, Kamis (7/11/2024).
Baca juga: PPATK Bakal Telusuri Aliran Dana Bandar Situs Judi Online Lewat Money Changer
Korteks prefrontal (PFC) adalah bagian dari otak yang terletak di bagian depan lobus frontal.
Bagian otak ini berperan dalam fungsi eksekutif, yaitu pengaturan perhatian, pemrosesan memori, dan penghambatan respons.
PFC juga terlibat dalam fungsi-fungsi lain, seperti perencanaan, memori kerja, pengambilan keputusan, pemikiran abstrak dan sebagainya.
Selain itu, bagian ini juga berfungsi mengendalikan perilaku.
"Kapan harus menghentikan perilaku berlebihan, itu fungsi otak bagian depan. Ternyata matangnya lebih belakangan dari pada otak bagian lain," lanjutnya.
Di sisi lain kata Kristiana, pada remaja, otak yang lebih dulu matang adalah bagian mengatur emosi.
Kondisi ini tentu membuat remaja kesulitan dalam mengatur emosi sekaligus mengambil keputusan.
Baca juga: Cara Licik Pegawai Komdigi Sembunyikan Uang Hasil Beking Situs Judi Online, PPATK Hampir Terkecoh
"Jadi emosi labil, otak depan belum matur. Terjadi perilaku impulsif yang dia gunakan untuk memperbaiki emosinya. Misalnya judi online salah satunya," imbuhnya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan jika munculnya perilaku kecanduan khususnya judi online ini melibatkan berbagai fungsi otak.
Sehingga saat seseorang mengalami kecanduan, proses yang dilalui tidaklah sederhana.
"Karenanya, tata laksana profesional penting diberikan," tuturnya.
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Komentar
Posting Komentar