Mengapa Judi Online Seperti Candu? Ini Penjelasan Psikolog dan Mantan Pekerja Judol - IDX Channel

 

Mengapa Judi Online Seperti Candu? Ini Penjelasan Psikolog dan Mantan Pekerja Judol

Kemenangan yang diperoleh pejudi memantik otak untuk melepaskan dopamin, senyawa kimia dalam otak yang meningkatkan nuansa hati.

Mengapa Judi Online Seperti Candu? Ini Penjelasan Psikolog dan Mantan Pekerja Judol. (Foto: MNC Media)

Mengapa Judi Online Seperti Candu? Ini Penjelasan Psikolog dan Mantan Pekerja Judol. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Mengapa judi online memberikan efek candu kepada pelakunya? Dampak judi online kian mengkhawatirkan. Selain memperburuk kondisi keuangan, judi online juga merusak kelanggengan rumah tangga dan berdampak buruk secara psikologis

Indonesia dilanda permasalahan judi online yang cukup masif. Sepanjang 2023, PPATK mencatat perputaran uang judi online di Indonesia mencapai Rp327 triliun, dihasilkan dari 168 juta transaksi dan dilakukan oleh 3,29 juta penduduk. 

Uang yang mestinya dapat berkontribusi untuk kesejahteraan pelaku sekaligus memutar gerak roda perekonomian domestik, alhasil terbuang sia-sia, dialirkan ke bandar-bandar judi yang bermarkas di luar negeri. 

Judi eksis di tengah masyarakat dalam beragam bentuk. Mulai dari permainan pertaruhan kartu, hingga permainan slot. Ada yang memerlukan modal besar, ada yang dapat dimainkan dengan modal minim. 

Namun permasalahan judi tidak hanya soal besar atau kecilnya modal, melainkan risiko bermain dan coba-coba yang berubah menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Judi online yang digandrungi pejudi Indonesia misalnya, dimainkan cukup dengan Rp100.000 saja. 

Modal Rp100.000 sepintas terasa kecil saja bagi seseorang, mungkin para pejudi pun menganggap dana tersebut sebatas ‘recehan’. Namun bila dikeluarkan secara rutin terus menerus, akumulasinya bisa mencapai jutaan rupiah. 

Sementara bila dibuat perbandingan, Rp100.000 dapat digunakan untuk mengisi bensin motor 2-3 kali, membeli lauk pauk dan sayuran untuk makan sekeluarga, membeli token listrik, dan sebagainya. Jauh lebih produktif alih-alih melayang sia-sia tanpa jejak. 

Lantas, apa yang membuat judi online nyaris mewabah di Indonesia? Begitu digemari orang-orang hingga tahap kecanduan, membuat pelakunya rela menjual aset-aset produktif yang berharga, demi memenangkan pertaruhan? 

Psikolog Meity Arianty M. Psi. mengatakan, kemenangan yang diperoleh pejudi memantik otak untuk melepaskan dopamin, senyawa kimia dalam otak yang meningkatkan nuansa hati. Sehingga memberikan sensasi senang pada pelakunya. 

Mengutip Siloam Hospitals (17/6), hormon dopamin sangat berpengaruh pada suasana hati individu. Hormon ini dapat meningkat ketika individu berbelanja, makan makanan lezat, melakukan aktivitas seksual dan sebagainya. 

“Sensasi ini dapat membuat seseorang ingin terus bermain untuk mendapatkan sensasi senang dan menang itu lagi. Sama seperti seks, menonton konten pornografi, dan bermain game,” tutur Meity kepada MNC Portals Indonesia, Senin (17/6). 

Meity mengungkapkan, faktor lain yang turut berkontribusi membuat judi menjadi candu adalah faktor psikologis yang ditanggung pelaku. 

“Seperti stress, depresi, atau kesepian. Ini dapat meningkatkan risiko seseorang jadi kecanduan judi online, judi dijadikan sebagai pelarian atau obat untuk masalah psikologis yang dialaminya,” tutur Meity. 

Mengapa Judi Online Seperti Candu? Pengakuan Eks Pejudi Sekaligus Pekerja Judol 

Faktor penyebab judi menjadi candu ini, kurang lebih sama seperti yang pernah diutaran mantan pejudi sekaligus mantan pekerja di industri judi, Dennis Lim. Dennis yang kini telah berhenti judi dan menjadi pendakwah, pernah membagikan pengalamannya di kanal YouTube Denny Sumargo. 

Dennis Lim mengaku terjerat pusara judi karena tekanan kondisi ekonomi. Ia pernah bekerja pada bos kasino di Thailand sebagai staff IT yang bertugas menangani sistem jaringan judi online. 

Menurut Dennis, orang yang kalah judi akan penasaran, sehingga akan terus mencoba untuk memenangkan pertaruhann. Namun begitu berhasil menang, mereka ketagihan sehingga tergoda untuk terus mencoba peruntungannya kembali. 

Padahal, menurut Dennis, peserta dibuat ketagihan berkat ilusi kemenangan yang diatur oleh bandar judi. Kemenangan judi tidak pernah murni dimenangkan pejudi, kata dia, hanya ada dua cara untuk menang, yaitu menjadi bandar atau menang karena bandar sengaja memberikan kemenangan.

“Judi dengan kartu saja bisa diakali, bagaimana lagi dengan sistem online? Enggak dicurangi saja orang sudah kalah dengan nafsunya sendiri. Pejudi itu kalau lagi main, tidak punya exit strategy, tidak tahu kapan harus berhenti. Padahal, dunia investasi saja ada exit strategy, kan?” katanya.

Kini Dennis Lim berhasil keluar dari lingkaran perjudian itu. Ia kini menjadi seorang pendakwah, memulai usaha dari nol selepas meninggalkan Thailand. Mencari nafkah dengan berbagai cara, namun halal. 

Itulah hal-hal yang membuat judi online memberi efek seperti candu, yakni lantaran ilusi kemenangan yang membuat pelakunya penasaran saat kalah, dan ketagihan saat berhasil sekali menang. 

Ini yang terjadi pada pecandu judi, mengira bahwa dia menang, padahal modal yang telah ia keluarkan—dan berujung boncos—boleh jadi sama besar dengan nilai satu kemenangan yang diperolehnya. (NKK)

Komentar

Baca Juga

Terbaru

Opsi Media Informasi Group

Arenanews

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsiin

Opsitek